Developing Teacher Training Textbooks for Lesson Study
in Indonesia
By : Marsigit
Reviewed by: Umi Baroroh
Perkembangan yang masif mengenai kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru serta tenaga pendidik di Indonesia (berdasarkan PP No. 14/2005) menempatkan guru profesional sebagai pilar utama, dengan tujuan: guru harus memiliki kualifikasi minimal 4 tahun, dosen minimal bergelar Master/Ph.D, serta baik guru maupun dosen harus memiliki sertifikat mengajar. Oleh sebab itu, reformasi pendidikan di Indonesia berkomitmen untuk 10 tahun ke depan, 1,75 juta guru harus mencapai minimal 4 tahun sebagai guru muda, 150.000 dosen harus mencapai kualifikasi Master/Ph.D, 2,7 juta guru dan 130.000 dosen harus memiliki sertifikat mengajar, serta gaji pendidik naik menjadi dua kali lipat dari gaji pokok.
Dengan banyaknya jumlah guru, kerangka resmi untuk reformasi pendidikan di Indonesia membutuhkan aturan yang komprehensif semua aspek pendidikan pada semua level. Hal ini juga membutuhkan adaptasi paradigma ‘pendidikan untuk manusia secara utuh’ daripada ‘pendidikan untuk pengembangan kemampuan manusia’. Konsep dari pendidikan jangka panjang selalu relevan dengan skema penyediaan kesempatan yang ekstensif untuk partisipasi masyarakat. Situasi ini membimbing kita kepada kesimpulan yang berkesan bahwa program massa selalu membutuhkan untuk dipromosikan untuk menutup perluasan praktek pendidikan.
Penyediaan buku atau buku pelajaran adalah salah satu kebijakan yang krusial untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Program ideal yang menyediakan kebutuhan banyaknya ukuran buku tidak harus berarti monopoli oleh satu atau beberapa institusi, tetapi mempersilahkan sekolah untuk memilih kebutuhan buku pelajaran yang akan digunakan di sekolah. Hal ini juga dirasakan sendiri oleh siswa untuk memilih buku mereka tanpa harus ada campur tangan dari guru maupun sekolah.
Bagaimanapun, situasinya masih jauh bagi guru untuk memproduksi buku sendiri. Alasan utamanya adalah masih kurangnya kemampuan menulis dan memproduksi buku yang berkualitas. Dalam masalah penyediaan buku pelajaran, kami menghadapi besarnya jumlah siswa yang tidak mampu membeli buku karena latar belakang ekonomi yang rendah. Sehingga, ada antisipasi dari guru bahwa siswa dan masyarakat bahwa pemerintah dapat menyediaka buku dengan harga murah.
Saat ini, pengajaran pendidikan matematika di Indonesia memiliki indikasi bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika dan IPA rendah, ditunjukkan dengan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun ke tahun, baik di SMP maupun SMA. Penguasaan siswa terhadap konsep dan kemampuan proses matematika masih rendah. Fakta adalah akibat dari beberapa faktor, salah satunya adalah isi kurikulum matematika dan IPA yang sangat berjubel.
Kami menganggap bahwa pengembangan kurikulum membutuhkan pengkajian yang komprehensif dan mendalam dari semua aspek yang terlibat, ada 6 prinsip sebagai pembimbing, yaitu mengambil kemungkinan untuk mempelajari matematika untuk semua; kurikulum tidak hanya kumpulan mata pelajaran tetapi mereflekfikan aktivitas matematika secara koheren; pembelajaran matematika membutuhkan teori aktivitas siswa yang komprehensif, kesiapan mereka untuk belajar dan guru memfasilitasi belajar mereka; mengambil resiko kepada pelajar untuk mengembangkan konsep matematika mereka; kebutuhan untuk mengembangkan penilaian yang tertanam untuk proses belajar mengajar; menggunakan sumber belajar yang beraneka ragam.