Di alam raya ini, ada banyak
sekali tumbuhan/ tanaman yang bisa menjadi obat. Ada puring, lidah buaya, kumis
kucing, tapak doro, jahe, laos, dan masih banyak lagi lainnya. Semua tanaman
ini tumbuh karena izin Allah. Inilah
karunia Allah SWT untuk kita. Allah hadirkan tumbuh-tumbuhan ini untuk menjadi
obat. Obat penguat badan kita. Subhanallaah, rasanya kita harus memuji Allah
dan berterima kasih atas karunia yang tiada terhingga ini, karena telah
menumbuhkan berbagai macam tanaman obat untuk memperkuat tubuh manusia.
Namun,
tahukah kita? Kita tidak hanya sekedar membutuhkan badan yang kuat, tapi kita
juga membutuhkan hati yang kuat. Bahkan, kalau kita mau membandingkan antara
keduanya, kita lebih membutuhkan kekuatan hati daripada kekuatan tubuh. Kita
butuh pada kekuatan tubuh, tapi kita lebih butuh lagi kekuatan hati. Mengapa??
Banyak orang yang bisa lari 7 km,
8 km, 10 km, bahkan lebih dari itu. Hal ini menunjukkan mereka adalah orang
yang memiliki tubuh kuat. Tapi apa yang terjadi pada saat mendengar adzan??
Berat nian rasanya kaki ini
melangkah ke masjid, padahal jarak ke masjidnya hanya 50 meter. Mengapa begitu
berat berjalan ke masjid? Karena untuk ke masjid, yang dibutuhkan tidak hanya
kekuatan tubuh, tapi juga kekuatan hati.
Ada orang
yang sebenarnya secara fisik badannya lemah. Tapi karena memiliki hati yang
kuat, Bismillaah…, dia tetap berangkat ke masjid memenuhi panggilan adzan. Memenuhi
panggilan Allah untuk sholat di masjid. Hal yang sama, tidak jarang kita jumpai
ada orang yang mengangkat beban 1 sak semen, 2 sak semen, 50 kg, bahkan 1
kwintal barang. Itu menunjukkan dia juga orang yang memiliki tubuh kuat. Namun,
apa yang terjadi pada saat tidur, subuh, mendengar adzan, rasanya begitu berat
mengangkat kelopak mata. Padahal berapa sebenarnya berat kelopak mata??
Kenapa terasa berat??
Karena untuk mengangkat kelopak
mata, yang dibutuhkan oleh kita adalah “kekuatan hati”. Begitu besarnya peran
dari kekuatan hati.
Dialah
yang kelak akan menentukan baik buruknya seseorang. Sebagaimana yang disabdakan
oleh nabi kita Muhammad SAW “Ingatlah di dalam diri kita ada segumpal daging
yang bila segumpal daging itu baik, maka baiklah kita. Baiklah perilaku kita.
Baiklah kata-kata kita. Tapi kalau segumpal daging itu jelek, jeleklah kita.
Jeleklah perbuatan kita, jeleklah kata-kata kita. Ingatlah bahwa segumpal
daging itu adalah hati.” Karena itu, kalau kita membutuhkan tanaman obat untuk
menguatkan tubuh, kita sebenarnya membutuhkan penguat-penguat bagi hati kita.
Dan tahukah kita?? Sumber kekuatan hati itu sudah Allah SWT karuniakan kepada
kita. Namanya adalah KESUSAHAN.
Kenapa bisa??
Kesusahan adalah obat penguat
hati. Sehingga, siapapun orang yang mau menerima kesusahan hidup insya Allah
dia akan memiliki hati yang kuat. Sudah banyak buktinya. Orang-orang yang tidak
mau menerima kesusahan hidup, yang inginnya senang, yang inginnya dimanja, itu
cenderung memiliki hati yang lemah. Hati yang tidak tahan. Hati yang tidak
kuat. Dan demikian sebaliknya, orang-orang yang mau ditempa oleh kesusahan, memiliki hati yang kuat.
Karena
itu, kita amat membutuhkan yang namanya “kesusahan hidup”. Kalau boleh kita
katakan, membutuhkan kesusahan hidup adalah bagian dari keniscayaan hidup.
Sekali lagi, kesusahan dalam hidup adalah keniscayaan yang kita butuhkan.
Kenapa kita butuhkan??
Karena hidup tidak akan pernah
lepas dari yang namanya senang dan susah. Tidak mungkin ada orang yang selamanya senang, sebagaimana juga tidak
mungkin ada orang yang selamanya susah. Silih berganti. Satu saat kita senang,
lain waktu kita susah. Begitu memang yang sudah diatur oleh Allah SWT. Dan itu
pasti punya makna. Itu pasti punya hikmah.
Hikmahnya apa??
Dengan dihadirkannya dua hal
tadi, kita punya kesempaan untuk memiliki hati yang kuat. Caranya sederhana.
Waktu senang, kita terima dengan lapang, waktu susah pun kita terima dengan
lapang.
Mungkinkah kita bisa menerima kesusahan
dengan lapang??
Mungkin. Bahkan, bukan cuma
mungkin. Ini pasti akan kita lakukan jika kita memahami apa sebenarnya rahasia
di balik senang dan susahnya hidup.
Karena hidup ini tidak pernah lepas dari yang namanya senang dan susah, maka
akan berlaku hukum bahwa ketika orang sedang senang, itu tandanya dia akan susah.
Dan kalau orang sedang susah, itu tandanya dia akan senang. Dan kita kalau ditanya,
mana yang kita pilih?
Mau senang atau mau susah??
Hampir semua orang akan
mengatakan “Saya maunya senang.” Nah, kalau kita menginginkan mau senang,
bukankah berarti keadaan kita saat ini adalah susah?? Karena hanya dalam
keadaan susah hidup kita akan senang. Kalau kita sedang susah, tandanya mau
senang. Dan kalau kita sedang senang, tandanya kita mau susah. Berarti kalau
begitu, mana yang membuat kita lebih lapang? Pada saat senang atau susah? Tentu
jawabannya pada saat kita susah. Karena ketika kita sedang susah, tandanya kita
mau senang.
Inilah
prinsip kita. “Saya bahagia ketika senang datang menyapa, tapi saya lebih
bahagia saat susah datang bersua”. Mudah-mudahan kita semua punya persepsi yang
benar. Kesusahan itu dihadirkan oleh Allah SWT agar kita memiliki hati yang
kuat.
“Ya Allah, kuatkan hati ini
dengan engkau berikan kekuatan kepada kami, lapang menerima apapun kesusahan
hidup. Dan jadikan kesusahan hidup yang engkau karuniakan kepada kami, kami
terima dengan lapang, yang membuat hati kami dikuatkan oleh-Mu. Aamiin ya
Rabbal ‘alamiin”
0 komentar:
Posting Komentar