Perjalanan mencari diri sendiri itu panjang. Mengapa? Padahal diri kita sudah ada disini. Pastikan menemukan diri dalam keadaan sadar. Misal, kalo nyari kunci dalam keadaan gak sadar, dicari di tempat alat2 mandi, maka tidak akan ketemu. Langkah paling awal menemukan diri kita adalah sadar. Sebenarnya kesadaran itu sudah ada ato belum? Sudah. Tapi terkadang kita masih bingung. Mengapa? Kesadaran itu memang sudah ada tapi kebingungan, cuek, tidak mau nyari tau, dll. Inilah kesadaran yang tertutup. Misal, kalo lagi BT, dingatkan itu tidak baik. Dia sadar itu tidak baik, tapi masih juga BT. Mengapa? Inilah yg kadang manusia tidak bisa menjawab karena ia sadar dengan kesalahan spt itu. Orang-orang seperti ini tidak bisa dinasihati. Kalo dibilangin mereka akan merasa tersinggung, kepada siapa? Sebenarnya pada dirinya sendiri yang sudah tau tapi tidak mau tau. Orang yang tidak tau diri akan hilang kesadarannya. Padahal kesadaran adalah sesuatu yg melekat pd diri manusia, yg diciptakan Allah dengan maha sadar. Misal Allah menciptakan pohon, itu juga dengan maha sadar-Nya. Pohon ini sadar, ia tidak pergi kemana-mana. Ketika berbuah, ia dilempari buahnya. Tp pohon tidak marah, ia malah menjatuhkan buahnya agar bisa dimakan yg melempar. Itulah bagian dari kesadaran pohon. Semua ciptaan Allah itu selalu dalam keadaan sadar.
Kisahh..
Ada 2 ekor singa, satune bisa
menangkap rusa. Entah kenapa ia tinggalkan buruan tsb. Kemudian datanglah
singa2 yg lain, apakah singa2 lain tadi mengambil hasil buruan dari temennya?
Tidak, itu pantang bagi mereka.
Mengapa manusia sering bingung
(kesadarannya hilang), itu karena 3 penyebab: dirumuskan dalam 3S:
1. Serakah
Sering
membuat kesadaran manusia jadi hilang. Seserakah-serakahnya binatang itu masih
terkendali, kalo manusa tidak terkendali. Tidak cukup dengan apa yang ada.
Misal orang mencuri sepiring nasi karena lapar, itu masih wajar. Umar pernah
melepaskan orang yg mencuri karena terpaksa. Tapi jika mencuri uang hingga
miliaran padahal itu tidak dibutuhkan semuanya, maka inilah keserakahan yg
“mengerikan”.
2. Sombong
Intinya
sombong itu bisa menutup kesadaran.
3. ? PR
Ciri orang yg sadar adalah selalu sadar ada tutup yg menutupi
dirinya. Orang yg sadar adalah orang yg tidak pernah menghilangkan kesadaran
karena serakah, sombong. Mengapa perjalanan mencari diri sendiri itu dianggap
panjang? Apa yg dilakukan oleh mereka. Diantaranya pergi ke sekolah, dari
SD-kuliah. Milih jurusan2 yg bisa dianggap akan menemukan diri sendiri, misal
filsafat, psikologi, sosiologi, sastra, dll. Ada yg mencarinya di tempat2
kerja, ibadah. Misal umroh/haji, kadang malah tidak menemukan diri sendiri,
tapi abis pulang haji malah sombong. Sesungguhnya perjalan mencari dir sendir
itu spt sebuah lomba lari dimana antara garis start dengan garis finish itu
sama, berhadiah 100jt. Pasti banyak yg minat, semua pasti jadi pemenang. Karena
cukup dilakukan dengan diam diatas garis td (start sekaligus finish). Tidak
butuh waktu. Itulah sebenarnya perjalan mencari diri sendiri, itu bukan
perjalanan keluar, tp kedalam diri kita. Kalo demikian, sekolah, majelis ilmu
lainnya “tidak dibutuhkan”. Dia dibutuhkan untuk kebutuhan kepala dengan
sejuknya ilmu. Perlu disadari, ilmu akan menjadi pendapat yg mnejadi pikiran
sesorang. Pendapat itu bisa diperoleh karena ada yg mengutarakannya. Misal imam
syafi’i.
Bicara ttg
pikiran, sudah cukupkah? Belum, akan beda orang yg sudah menemukan diri dan
belum menemukan. Ciri orang yg telah
menemukan dirinya sendiri maka ia telah menjadi sosok yang arif/arifah
(bijaksana). Jika orang menyampaikan pikirannya tidak dengan arif = ia
mengungkapkan keburukan dirinya sendiri, krena arif itu adalah bajunya pikiran
sehingga kalo ada yg menyampaikan pikiran tidak dengan arif=tidak berbaju. Dengan
demikian ia menghinakan dirinya sendiri. Misal, wanita sangat cantik, keluar dengan
pakaian tidak sopan=menghinakan dirnya sendri. Sikap arif bisa hilang karena
adanya sifat serakah dan sombong. Contoh dengan kaitannya orang yg tidak arif,
biasanya dimiliki oleh orang yg suka berdebat, berbantah2an, ngeyel. Tidak akan
nampak sikap arifnya. Apalgi kalo membantah kebenaran, kebaikan. Contoh, ada
temen yg mengingatkan ,
“ukh mengapa naruh baju disini?”
“ah, kan Cuma sebentar”
Ini juga termasuk membantah. Seharusnya, “oh, maaf” bukan
sikap membantah. Kadang sikap membantah itu tidak hanya pada orang lain, tp
juga pada diri sendiri. Misal naruh sepeda, menghalangi jalan yg lain, ia sadar
tp te2p sj dilakukan. Inilah membantah diri sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar